Rahasia Penciptaan Formasi Bintang

Dan sesungguhnya Kami telah membuat formasi bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya).” (QS. Al-Hijr : 16)

Ayat ini merupakan penyampaian Al-Qur’an terhadap salah satu dari tiga fungsi bintang (selain sebagai petunjuk jalan dan alat untuk melempar setan), yaitu “…menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandang(nya)” atau dengan kata lain sebagai hiasan langit sebagaimana disebutkan dalam ayat 5 surah Al-Mulk.

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang erat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk : 5) 

Fungsi formasi bintang sebagai ‘hiasan langit’ sanggup dilihat dan disaksikan dengan terperinci di malam hari. Letak bintang yang teramat jauh, yaitu untuk bintang terdekat dengan bumi saja, yaitu matahari, jaraknya mencapai 149,680,000 km, belum lagi dengan bintang terdekat setelahnya, Proxima Centaury, yang jaraknya hingga 4,2 tahun cahaya, sekalipun demikian, lantaran kuatnya pancaran cahaya yang dihasilkan dari reaksi nuklir bintang itu sendiri, cahanya masih sanggup tetap terlihat menerangi kegelapan langit di malam hari. Dan bahkan sanggup jadi cahaya yang kita amati di langit dimalam hari yang kita anggap bintang yaitu bekerjsama bintang semu atau cahaya bintang yang gres terlihat oleh batas pandang mata kita sehabis 4,2 tahun kemudian memancar meninggalkan objeknya, padahal bintang bekerjsama telah mati disebabkan hidrogen di teras bintang tersebut telah habis.



Keindahan cahaya bintang yang menghiasi langit tidakhanya menjadi pandangan biasa, tapi kemudian pada tahun 1920-an dibentuk klasifikasinya oleh Observatorium Universitas Harvard dan Annie Jump Cannon yang dikenal sebagai sistem penjabaran Harvard.  Pengklasifikasian tersebut, yaitu mulai dari kelas O dengan warna biru yang suhu permukaannya kurang dari 25,000 derajat celcius menyerupai pada bintang Spica, hingga kelas lainnya yang lebih tinggi menyerupai kelas M dengan warna merah dengan panas suhu permukaannya di bawah 3.500 derajat celcius, menyerupai pada bintang Betelgeuse.2 Dan masih banyak lagi warna bintang lainnya dengan tingkatan suhunya masing-masing, menyerupai putih, kuning dan jingga.

Dengan demikian jelaslah bahwa apa yang disampaikan Al-Quran tak pernah meleset, sekalipun pada masa diturunkannya logika insan belum sanggup menjangkau pengetahuan itu.


Wallahu A’lam



Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kyai Muda Menikahi Wts

Ustadz Yusuf Mansur, Keturunan Ulama Kendal

Kisah Serigala Yang Sanggup Berbicara